Wednesday, March 13, 2013

Menganalisis Berita dari Yahoo



Judul berita     : Umat Hindu Kendari Gelar Prosesi Meracu

Umat Hindu Dharma Kota Kendari, menggelar prosesi Mecaru. Prosesi ini merupakan rangkain 33 ritual yang mengawali perayaan Taur Kesange Hari Suci Nyepi, Tahun Baru Saka 1935 yang jatuh pada Salasa 12 Maret 2013.

Upacara Mecaru bagi umat Hindu Kendari dipusatkan di Pura Agung Jaganita, Kendari, Sulawesi Tenggara. Ritual pertama Mecaru adalah Butakale. Ritual ditandai dengan menyembelih ayam hitam, putih dan ayam rumbun atau ayam berwarna. Tujuan dari ritual ini adalah mengusir roh jahat.
Selama prosesi ini, kidung-kidung suci mengiringi sehingga prosesi berlangsung secara khidmat bersamaan dengan alunan doa. Prosesi ini dipimpin oleh Penandite alia Pendeta, Dewa Made Suto. Acara ini nantinya akan dihadiri ratusan umat Hindu yang berpakaian baju adat.
Seusai sembahyang prosesi Mecaru berikutnya adalah Nunas Tirta. Ini ditandai dengan membasuh diri memakai air suci, yang diambil sehari sebelum Mecaru. Pada prosesi Nunas Tirta ini umat Hindu meyakini air suci itu harus diminum sebanyak tiga kali, dan membasuhkan airnya ke wajah. Seusai prosesi ini pendeta akan menempelkan beras putih ke wajah sebagai perwujudan rasa terimakasih dan kesyukuran kepada Sang Yang Widi.
Prosesi dilanjutkan dengan taur dan Tapa Brata atau Penyepian. Dalam ritual ini ada empat pantangan yang wajib dipatuhi meliputi tidak menyalakan lampu/api (amati geni), tidak beraktifitas (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan) dan terahir tidak mengadakan rekreasi atau bersenang-senang (amati lelanguan). Tapa Brata ini wajib dijalankan selama 24 Jam.
Pada perayaan Nyepi kali ini, Umat Hindu Kendari tak menggelar upacara Melasti. Ini berdasarkan kesepakatan umat Hindu Kendari yang hanya menggelar Melasti dua tahun sekali. "Sudah komitmen dengan umat bahwa Melasti tidak dilakukan tiap tahun, tahun lalu sudah dilaksanakan, jadi tahun ini tidak kami gelar," kata Ketua Parisada/Majelis Hindu Dharma Kota Kendari, Putu Budiyatna seusai sembahyang.
Sedikitnya 200 ribu kepala keluarga umat Hindu yang tersebar di 12 kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara.
ROSNIAWANTY FIKRY

Kohesi dan Koherensi dalam Berita di Yahoo

Paragraf 1
Umat Hindu Dharma kota Kendari, menggelar prosesi mecaru. Prosesi ini merupakan rangkaian 33 ritual yang mengawali perayaan Taur Kesange, Hari Suci Nyepi, Tahun Baru Saka 1935 yang jatuh pada selasa 12 Maret 2013.

Pada paragraf pertama dapat dikatakan kohesi, Karen kalimat pertama dengan kalimat kedua saling berhubungan. Dapat terlihat pada kata  di kalimat pertama “prosesi mecaru” dengan kata di kalimat kedua “prosesi ini”, prosesi ini mengacu pada prosesi mecaru. Kalimat dalam paragraf  pertama ini termasuk dalam Referensi anaphora,  karena kata yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu kesebelah kiri.

Paragraf  2
Upacara Mecaru bagi umat Hindu Kendari dipusatkan di Pura Agung Jaganita, Kendari, Sulawesi Tenggara. Ritual pertama Mecaru adalah Butakale. Ritual ditandai dengan menyembelih ayam hitam, putih, dan ayam rumbun atau ayam berwarna. Tujuan dari ritual ini adalah untuk mengusir roh jahat.

Pada paragraf kedua ini, antara kalimat pertama sampai kalimat keempat, dapat dikatakan kalimat yang kohesi karena dari kalimat pertama pada kata “upacara Mecaru” yang disebutkan lagi pada kalimat kedua pada kata “ritual pertama Mecaru adalah butakale”. Kemudian, pada kalimat ketiga pada kata “Ritual” ynag mengacu pada ritual butakale. Dan, pada kalimat terkhir masih mengacu pada kalimat ketiga yaitu pada kata “tujuan dari ritual ini”, kata ini mengacu pada ritual butakale yang bertujuan mengusir roh jahat.
Antara paragraf pertama dan paragraf kedua itu koheren, karena masih membahas masalah prosesi Mecaru.

Paragraf 3
Selama proses ini, kidung-kidung suci mengiringi sehingga prosesi berlangsung secara khidmat bersamaan dengan alunan doa. Prosesi ini dipimpin oleh Penandite alias Pendeta, Dewa Made suto. Acara ini nantinya akan dihindari ratusan umat Hindu yang berpakaian baju adat.

Paragraf  ketiga ini juga termasuk kohesi karena pada kalimat pertama pada kata “selama proses ini”, kata ini mengacu pada prosesi Mecaru. Dan pada kalimat  kedua pada kata “prosesi ini”, kata ini juga mengacu pada prosesi Mecur, juga pada kalimat ketiga pada kata “acara ini” juga mengacu pada prosesi meracu.

Paragraf  4
Sesuai sembahyang prosesi Mecaru berikutnya adalah Nunas Tirta. Ini ditandai dengan mambasuh dari memakai air suci, yang diambil sehari sebelum meracu. Pada prosesi Nunas Tirta ini umat Hindu menyakini air suci itu harus diminum sebanyak tiga kali, dan membasuhkan airnya ke wajah. Seusai prosesi ini pendeta akan menempelkan beras putih ke wajah sebagai perwujudan rasa terimakasih dan kesyukuran kepada Sang Yang Widi.

Kalimat pertama pada paragraf keempat ini dapat dikatakan kohesi karena, masih mengacu pada prosesi Mecaru. Dapat dilihat dari kata “sembahyang prosesi Mecaru berikutnya adalah Nunas Tirta”, kata ini mengacu kepada kata prosesi Mecaru. Begitu juga dengan kalimt kedua pada kata “ini” yang menjelaskan kalau “ini” yang dimaksudkan adalah prosesi Nunas Tirta. Pada kalimat ketiga, kata “prosesi nunas tirta” yang masih menyambung penjelasan dari prosesi Nunas Tirta. Begitu juga pada kalimat berikutnya.

Paragraf 5
Prosesi dilanjutkan dengan taur dan Tapa Brata atau Penyepian. Dalam ritual ini ada empat pantangan yang wajib dipatuhi meliputi tidak menyalakan lampu/api (amati geni), tidak beraktifitas (amati karya), tidak bepergian (amati lelungan) dan terahir tidak mengadakan rekreasi atau bersenang-senang (amati lelanguan). Tapa Brata ini wajib dijalankan selama 24 Jam.

Pada paragraf  kelima di kalimat pertama masih menunjukan kalimat yang kohesi, karena masih mengulang kata prosesi. Di kalimat kedua pada kata “dalam ritual ini” merupakan kata yang menjelaskan tentang peraturan dalam ritual berlangsung. Kemudian pada kalimat terkhir terdapat kata “Tapa Brata ini”, juga dikatakan kalimat kohesi.

Paragraf  6
Pada perayaan Nyepi kali ini, Umat Hindu Kendari tak menggelar upacara Melasti. Ini berdasarkan kesepakatan umat Hindu Kendari yang hanya menggelar Melasti dua tahun sekali. "Sudah komitmen dengan umat bahwa Melasti tidak dilakukan tiap tahun, tahun lalu sudah dilaksanakan, jadi tahun ini tidak kami gelar," kata Ketua Parisada/Majelis Hindu Dharma Kota Kendari, Putu Budiyatna seusai sembahyang.

Pada paragraf keenam ini terdapat kalimat koheren, karena penjelasan kalimat-kalimat paragraf ini tidak berhungan dengan pembahasan diatas, karena membahas tentang upacara Melasti sedangkan penjelasan di atas tadi menjelaskan tentang upacara Mecaru.

Paragraf  7
Sedikitnya 200 ribu kepala keluarga umat Hindu yang tersebar di 12 kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara.

Pada kalimat diatas merupakan kalimar koheren karena membahas tentang berapa banyaknya keluarga yang beragama Hindu.

No comments:

Post a Comment